Lho, Media Massa Kita Ternyata Sudah Dibeli ?
Mengikuti siaran berita di televisi, membaca koran-koran baik yang kertas maupun koran kaca alias yang dot dot com gitu, juga sekali-kali mendengarkan radio… Ternyata memang media kita itu semuanya sudah ada yang membeli.
Berbicara dari sudut perdagangan, ada yang membeli tentu juga karena ada yang menjual. Hukum sah dalam perdagangan.
Demikian juga dengan pers atau media massa, sah juga kalau di-be-li, karena memang dunia pers saya kira hampir tidak ada yang tidak men-ju-al.
Tengok saja di tivi, kita nonton siaran mas-mas pak-pak mbak-mbak yang lagi aksi damai tadi di monas, atau tayangan mahasiswa makasar yang nganeh-anehi dengan latihan lempar cakram berbentuk batu, atau bagaimana diterangkan dan ditekan-tekankan bahwa indeks prestasi korupsi kita sudah 2,8 bisa lebih…
Atau juga sekilas nyimak pemberitaan bahwa beliau menerangkan kalau ada yang lebih bahaya daripada korupsi, yaitu perampokan kekayaan alam oleh bangsa asing…. bla bla bla
Nah, di sela-sela nonton tivi dan baca di dot dot com nyata-nyata kita lihat ada yang membeli.
Yaitu iklan.
Media tivi menjual ruang waktu untuk iklan, yang butuh barangnya laku kemudian membeli ruang iklan itu untuk promosi.
Media yang dot dot com juga memberi ruangan untuk iklan, tentu yang pasang iklan di situ tidak gratisan alias mem-be-li.
Media kertas baik koran atau majalah juga menjual halaman atau sebagian halaman atau kolom untuk iklan, so pasti yang pasang iklan juga membeli, bahkan tiga baris dengan hitungan beberapa huruf pun ada harganya.
Media massa dalam menayangkan iklan atau memasang promosi suatu produk yang terpenting tentu karena sudah membayar untuk transaksi perdagangan ruang iklan itu. Kalaupun ada iklan yang berniat menipu dengan dasar kebohongan, sepertinya media itu tidak ikut bertanggung jawab. Yang penting kan sudah bayar..
Karena itu jelas media kita sudah dibeli…. alias sudah dibeli ruang iklannya yang memang dijual. Dalam hal ini sudah tidak independen lagi, mosok mau pasang iklan kok yang gratisan ?
Kali aja ada yang gratisan….. 🙂
Berarti media massa tetap membawa kepentingan, yaitu kepentingan produsen untuk cara bagaimana agar laku barangnya.
Tapi, mengenai dunia perdagangan ruang iklan di media massa, tentu tidak terkait dengan ini kan ?:
sembilan elemen jurnalismenya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, dalam The Elements of Journalism: What Newspeople Should know and the Public Should expect (2001), bahwa jurnalisme memiliki tugas sebagai berikut:
1. Menyampaikan kebenaran
2. Memiliki loyalitas pada masyarakat
3. Memiliki disiplin untuk verifikasi
4. Memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya
5. Memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan
6. Menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan public
7. Menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada public
8. Membuat berita secara komperehensif dan proposional
9. Memberi keleluasaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka
———————————————
———————————————
(puisi untuk adikku yang sedang mengais berita)
sudah tetapkan hatimu jadi jurnalis
kalo sempat kabarkan banyak saudara kita yang meringis
hidup di negeri sinetron yang penuh tangis
mantapkan jiwamu jadi pembawa berita
sambil mengingat tetangga kita yang menderita
banyak pintu rumah ditempeli stiker di bawah sejahtera
kuatkan semangatmu jadi kuli tinta
apapun genggam kejujuran dan kebenaran dengan cinta
ketidak-adilan dan keserakahan semua musuh kita
dik, aku di sini dan kau jadi wartawan
aku tahu hidupmu di bawah banyak peraturan
kalau nulis asal-asalan bisa-bisa bulan depan tidak gajian
harapku kau jadi sejahtera
dan aku begini saja menjalani waktu dengan bersahaja
berteriak berceloteh tanpa beban apa-apa
dari kakakmu
arief-mas.
nice info thanks for sharing bos