Ternyata Tidak Nyaman Punya Saudara Bomber Pelaku Bom Bunuh Diri
Peristiwa bom bunuh diri yang dulu berselang, ternyata bikin tidak nyaman. Beberapa kali seorang teman sms terus, mengeluhkan kondisinya yang tidak nyaman. Hanya karena dia pernah sempat menjadi saudara ipar seorang bomber, pelaku bom bunuh diri.
Ah, mungkin hanya perasaannya saja. Namun semenjak identitas pengebom itu ditemukan, sejak itu juga dirinya merasa tidak nyaman.
“Seperti ada yang menguntit, mengikuti, memantau setiap gerak gerik saya”. Begitu intinya sms dari teman saya, yang ‘sempat’ jadi saudara ipar seorang bomber pelaku bom bunuh diri.
Beberapa kali saya tanya, bukankah sudah tidak jadi saudara ipar si bomber. Dijawabnya memang sudah lama putus hubungan saudara, karena perceraian. Tapi nyatanya yang dirasakan teman saya, itu tadi, hidupnya seperti dalam pengawasan, entah oleh pihak mana. Jika berangkat ke kantor, seolah ada yang menguntitnya. Demikian juga sepulang kantor dan pergi-pergi kemana, serasa ada yang mengikuti. Rasanya sungguh tidak nyaman dan tidak tenang.
Saya sarankan untuk lapor polisi. Siapa tahu polisi bisa menjelaskan dan memberi perlindungan serta keamanan. Itu jika memang ada yang selalu membayang-bayangi.
Dijawabnya tidak berani. Bagaimana mau lapor polisi, jelas-jelas tidak ada bukti. Selain itu juga teman saya berada di pihak (saudara) bomber, yang nyata-nyata hampir seluruh komponen masyarakat menyatakan bersalah.
Oh iya ya… Lantas bagaimana? Kok malah saya yang di desa tidak paham apa-apa, menjadi tempat berondongan sms ketidaknyamanan perasaan seorang teman, yang sempat pernah menjadi saudara seorang bomber bunuh diri.
Akhirnya setelah berulangkali sms tak putus-putusnya, waktu itu masih hangat-hangatnya peristiwa, bahasa jawa-nya saya ayem-ayemi. Biar tentram.
Saya bilang, yang menguntit, membayang-bayangi, mengikuti, memantau, maupun yang mengawasi seluruh gerak gerik dan aktivitasnya sebenarnya tidak ada. Bergaya psikolog, saya tekankan lagi, bahwa bayangan-bayangan itu semua hanya rasa. Yaitu rasa bersalah, terhadap masyarakat dan hukum yang berlaku. Menjadi seperti tekanan, karena pernah mempunyai hubungan dekat dengan seorang pelaku bom bunuh diri.
Yang wajar saja. Tenang dan anggaplah tidak pernah ada apa-apa. Teman saya mengiyakan. Dan semenjak itu seperti redam sendiri, seiring dengan redamnya pemberitaan bom bunuh diri. Memang masih ada teman-teman kantor yang tanya ini itu, tapi dijawab tidak tahu, karena memang tidak tahu.
Setelah agak lama redam, perasaan-perasaan dipantau gerak gerik aktivitasnya juga sudah hilang. Eh, malah ada lagi bom bunuh diri.
Namun sampai saat ini, teman saya tadi tidak menghubungi lagi. Karena memang tidak ada kaitannya sama sekali.
Tapi, barangkali ada yang berkenan membantu, sebenarnya teman saya tadi diikuti, dipantau, dikuntit, diawasi tidak ya? Oleh siapa?
Atau memang benar perkiraan saya, itu hanya perasaan saja?
Damai Indonesia.
semuanya memang bisa saja diikuti, dipantau dan lain sebagainya. Karena kita semua tidak punya kuasa atau kemampuan untuk menganalisa. Dunia memang serba penuh semu.
Menurut pandangan saya pribadi, apapun hal itu yang terjadi dan membuat kita tidak nyaman..berserah diri pada Alloh, karena hanya pada-Nya yang mempunyai kekuatan penuh di alam ini. Tidak ada kekuatan apapun yg mampu menandinginya. Sepanjang kita berada dalam jalan yang benar, tidak perlu takut pada apapun..salam (risnandar)
Jazakallah atas apresiasinya.
Sangat dalam, global, dan langsung tepat menjadi jawaban atas persoalan yang pernah melanda teman saya, sehingga pernah menjadi tidak nyaman hidupnya.
Tanggapan anda akan saya sampaikan.
Salam.
Saya, sebagai sudara seiman—mungkin—atau paling tidak seagama pun merasa tidak nyaman. Ingin rasanya saya merangkul mereka, tapi apalah daya…
Trima kasih apresiasinya, Mas Fikri. Mungkin malah mereka yang ingin merangkul kita.
Pandangan terhadap sesuatu bisa berbeda. Barangkali bermanfaat, silahkan ke postingan rekaman ini : Aku Bangga Jadi Seorang Teroris – I’m Proud be A Terroriest.
OK! Langsung meluncur ke TKP
Trima kasih, Mas Fikri. Tapi link-nya yang asli, sudah dihapus, jadi blog toko buku.
Postingan saya tersebut juga dulu terikut arus suasana dunia maya waktu itu.
Pastinya diikutin dgn bayangnya…
minimalnya, efek dalam perasaan sehari-hari