Ariefmas's Weblog

Sejenak Menapak Riuhnya Dunia Maya

Bagaimana Kalau Hewan Qurban Diganti Uang

Berawal dari ngobrol dengan teman yang pikirannya lugas dan sederhana, akhirnya sampai tema mengenai hewan qurban. Wah, andaikata hewan qurban yang sapi atau kambing itu diganti dengan ayam, kalau dibagikan bisa-bisa malah dipiara dan berkembang. Hehe.. Lebih-lebih kalau yang dibagikan berbentuk mentahan alias uang, berjuta-juta lho…. 
Dengan pertimbangan juga kalau daging yang dibagi, kadang malah repot. Masih harus memasak, kalau disimpan agak lama juga nggak enak.. padahal kadang pembagian dagingnya berlimpah. Belum lagi yang darah tinggi, malah secara psikhis aja melihat daging yang numpuk sedemikian banyak, bisa-bisa menaikkan tensi tanpa memakannya. Mungkin ada.

Tapi apa dasar hukum mengenai hewan qurban ada yang memberi celah demikian? Tentu para ulama dan ahli tafsir yang bisa menjawabnya.

Sebelum bertanya pada ulama dan ahli tafsir, cobalah kita menengok dasar hukum mengenai hewan qurban.

Nah, mengenai hewan qurban ternyata ada dasarnya yang qoth’i / pasti :

…….supaya mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak (bahimatul an’am) yang telah direzekikan Allah kepada mereka (Q.S. Al-Hajj: 34).

Kata bahimatul an’am (binatang ternak) –maksud bahasa arabnya- kata tersebut hanya mencakup unta, sapi, dan kambing (termasuk juga kerbau / disamakan dengan sapi). Jadi tidak bisa berpikiran lagi hewan qurban diganti dengan ayam, atau malah lele…. Hehehe… 

Demikianlah hukum yang sudah pasti, bukan hukum karet yang bisa diinterpretasikan macam-macam. Atau suatu saat nanti ada ulama yang sangat pintar dan pikiran-pikirannya bisa diterima masyarakat kemudian menafsirkan ayat tersebut menjadi lain? Bisa saja toh, kata bahimatul an’am dipelintir sedemikian rupa dengan berbagai alasan manfaat atau mengikuti perkembangan jaman modern sehingga kata hewan ternak (bahimatul an’am) hanya merupakan perwakilan dari jenis rezeki dari Allah. Jenis rezeki berupa hewan qurban kan itu kalau beternak, kalau tidak beternak berarti tidak mempunyai bahimatul an’am, alias dibagi saja dalam bentuk uang. Beres. Hahaha…. Tidak tahulah, itu urusan para ulama dan ahli tafsir.

iara dan berkembang. Hehe.. Lebih-lebih kalau yang dibagikan berbentuk mentahan alias uang, berjuta-juta lho…. 
Dengan pertimbangan juga kalau daging yang dibagi, kadang malah repot. Masih harus memasak, kalau disimpan agak lama juga nggak enak.. padahal kadang pembagian dagingnya berlimpah. Belum lagi yang darah tinggi, malah secara psikhis aja melihat daging yang numpuk sedemikian banyak, bisa-bisa menaikkan tensi tanpa memakannya. Mungkin ada.

Tapi apa dasar hukum mengenai hewan qurban ada yang memberi celah demikian? Tentu para ulama dan ahli tafsir yang bisa menjawabnya.

Sebelum bertanya pada ulama dan ahli tafsir, cobalah kita menengok dasar hukum mengenai hewan qurban.

Nah, mengenai hewan qurban ternyata ada dasarnya yang qoth’i / pasti :

…….supaya mereka menyebut nama Allah terhadap hewan ternak (bahimatul an’am) yang telah direzekikan Allah kepada mereka (Q.S. Al-Hajj: 34).

Kata bahimatul an’am (binatang ternak) –maksud bahasa arabnya- kata tersebut hanya mencakup unta, sapi, dan kambing (termasuk juga kerbau / disamakan dengan sapi). Jadi tidak bisa berpikiran lagi hewan qurban diganti dengan ayam, atau malah lele…. Hehehe… 

Demikianlah hukum yang sudah pasti, bukan hukum karet yang bisa diinterpretasikan macam-macam. Atau suatu saat nanti ada ulama yang sangat pintar dan pikiran-pikirannya bisa diterima masyarakat kemudian menafsirkan ayat tersebut menjadi lain? Bisa saja toh, kata bahimatul an’am dipelintir sedemikian rupa dengan berbagai alasan manfaat atau mengikuti perkembangan jaman modern sehingga kata hewan ternak (bahimatul an’am) hanya merupakan perwakilan dari jenis rezeki dari Allah. Jenis rezeki berupa hewan qurban kan itu kalau beternak, kalau tidak beternak berarti tidak mempunyai bahimatul an’am, alias dibagi saja dalam bentuk uang. Beres. Hahaha…. Tidak tahulah, itu urusan para ulama dan ahli tafsir.

14 November 2009 - Posted by | Catatan Saya | , , , ,

Belum ada komentar.

Dipersilakan mohon Komentar di SiNi [trima kasih]